KEBANGKITAN YESUS KRISTUS SEBAGAI PERISTIWA
KEMENANGAN
I Pengantar
Berbicara tentang kebangkitan badan
sangat menggetarkan semua orang. Banyak orang tidak percaya tentang
kebangkitan, sebab bagi mereka sangat mustahil jika orang yang telah mati
bangkit kembali. Bagi mereka kebangkitan itu hanya sebuah ilusi manusia. Paham
inilah yang dianut oleh orang-orang zaman Yesus yang tidak percaya akan
kebangkiatn badan. Menyikapi hal itu para murid Yesus berjuang dengan gagah
berani untuk mewartakan peristiwa kebangkitan Yesus. Jantung pewartaan para
rasul ialah kebangkitan. Bagi mereka kebangkitan merupakan suatu fakta historis
yang sungguh terjadi bukan hanya sebuah ilusi. Evanggelisasi para murid
terutama para rasul ialah pertama-tama kepada orang-orang Yahudi baru
orang-orang bukan Yahudi. Peristiwa kebangkitan merupakan credo para rasul.
Iman kepercayaan inilah yang di pegang dan diteruskan sampai pada kita saat
ini. dengan demikian kebangkitan Yesus dari kubur bagi orang-orang Kristen
merupakan suatu bukti kemenangan. Suatu pertanyaan besar bagi kita ialah
mengapa kebangkitan Yesus adalah suatu bukti kemenangan?. Hal ini yang akan
saya bahas dalam tugas Kristologi ini.
II Kebangkitan
a. Apa itu kebangkitan?[1]
Menurut W.
Pannenberg, kebangkitan tidak sesederhana penghidupan sekujur mayat.
Kebangkitan Yesus lebih dimengerti sebagai taransformasi daripada revivikasi
(Penghidupan mayat kembali). Di sini
dapat kita pahami bahwa kebangkitan bukan sebagai suatu penghidupan
kembali manusia tapi sebagai suatu perubahan dari suatu hidup kepada hidup yang
lain. Maka untuk memahami makna transformasi diri Yesus kita dapat membedakan
dengan kisah bangkitnya Lazarus. Kebangkitan ialah peralihan, perubahan dari
kematian ke kehidupan. Peralihan dan perubahan itu bukan melulu soal psikologis
tetapi menyangkut seluruh diri manusia yang di kuasai oleh roh yang datang dari
luar yakni roh Yesus yang bangkit dan tetap hidup.
b. Fakta-fakta historis tentang kebangkitan
Berbicara
tentang historisitas kebangkitan Yesus memang mengalami kesulitan. De facto
bahwa tidak ada orang yang melihat dan menyaksikan fakta kebangkitan Yesus dari
kubur. Dan sangat tidak masuk akal kalu kita pikirkan bahwa Yesus yang tadinya
telah wafat di salib sekarang telah kembali pada hidup semula. Namun
kebangkitan berarti Kristus beralih dari dunia ini kepada Bapa-Nya. Hal ini
juga yang digambarkan oleh para penginjil dengan melukiskan badan manusiawi
Kristus dengan sifat-sifat surgawi. Kristus yang bangkit masuk ke dalam
kemuliaan Allah, tidak lagi berada di dunia ini dengan demikian Yesus pergi
keluar dari dunia historis ini sehingga tidak dapat lagi di observasi lagi oleh
manusia. Kebangkitan sebagai peristiwa hidup Yesus bukan peristiwa historis
dalam arti: tidak dapat diselidiki dengan metode ilmu sejarah. Yang dapat
diselidiki secara historis ialah pengalaman para murid, bukan pengalaman
Yesus. Pokok dalam pengelan para murid
ialah bahwa Yesus bersatu dengan Allah[2].
Banyak orang mengatakan bahwa
kebangkitan Kristus tidak merupakan objek observasi historis karena kebangkitan
oleh banyak orang hanya sebuah pemalsuan belaka: jenasah Yesus dicuri oleh para
murid atau orang-orang Yahudi, atau Josef dari arimatea, atau jenasah Yesus
hilang dalam lubang yang terjadi yang terjadi gempa bumi yang diceritakan
injil. Keterangan-keterangan ini mempersoalkan historisitas kebangkitan Yesus
karena ada alasan teologis. Meskipun demikian segala perhatian akan kisah
kebangkitan diarahkan kepada makam kosong dan penampakan. Dalam pandangan
teologis makam kosong itu sama sekali tidak merupakan pokok peristiwa
kebangkitan. Sebab kebangkitan itu tidak berarti bahwa suatu jenasah dapat
berjalan lagi, melainkan bahwa Yesus hidup pada Bapa. Namun argumen tentang
makam kosong ini sangat lemah tapi tidak boleh diabaikan, karena pewartaan para
rasul dan murid beranjak dari kubur kosong itu.[3] Ini tidak dinyatakan oleh makam kosong
melainkan oleh penampakan Yesus kepada murid-Nya. Penafsiran kisah kebangkitan
umumnya di pengaruhi oleh para ahli. Para
ekseget katolik pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih positif antara
kodrat dan rahmat. Oleh karena itu mereka lebih menekankan realitas insani dan
historis dari kebangkitan[4].
Seluruh persoalan mengenai historisitas kebangkitan terutama pertanyaan tentang
penampakan serta hubungan makam kosong dengan kebangkitan masih merupakan suatu
diskusi kristologi. Banyak orang juga menganggap penampakan sebagai suatu
halusinasi dan pengalaman subjektif atau hanya sebuah cerita yang diciptakan
oleh para murid. Namun untuk pikiran orang Ibrani tidak mungkin mewartakan
kebangkitan tanpa membahasakannya dalam kebangkitan badan. Bagi para rasul
kebangkitan merupakan suatu fakta historis yang benar-benar terjadi.
Kebangkitan merupakan bentuk ke-tidak-mati-an[5].
Ada enam macam kisah kebangkitandalam
perjanjian baru[6]. Pertama
dalam injil markus 16:1-8. Kisah ini hanya menceritakan makam kosong. Kisah
tentang kebangkitan dalam Markus 16:1-8 ini tidak mengatakan kebangkitan
sendiri, juga tidak menceritakan sama sekali penampakan Kristus yang bangit.
Yang diceritakan adalah janji bahwa Petrus dan murid-murid yang lain akan
melihat-Nya di galilea. Kedua, dalam Mat 28:1-20. Kisah ini memuat satu
penampakan Kristus yang bangkit di Yerusalem kepada Maria Magdalena dan Maria
yang lain, penyuapan terhadap para penjaga kubur Yesus oleh imam-imam dan
tua-tua, juga kepad kesebelas rasul di Galilea dan pengutusan kepada para murid
untuk mewartakan kabar gembira kepada semua orang dan membaptis mereka dalam
nama Bapa. Ketiga, dalm Luk 24:1-53, juga menceritakan makam kosong dan pesan
paska “Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Dalam perikop ini juga
menceritakan penampakan Yesus yang telah bangkit di jalan menuju Emaus. Empat,
Yoh 20:1-29, menceritakan ditemukannya makam kosong dan penampakan Kristus yang
bangkit kepada Maria Magdalena, kepada para murid di Yerusalem ketika Tomas
tidak hadir dan sekali lagi kepada mereka ketika Tomas hadir. Kelima, dalam
tambahan Yohanes dalam 21:1-23 sesudah ayat-ayat penutup pada Yoh 20:30-31.
menceritakan penampakan Yesus kepada tujuh murid di Galilea. Keenam, terdapat
dalam penutup panjang injil Markus 16:9-20. dalam perikop ini menceritakan tiga
penampakan Yesus di Yerusalem atau pada hari minggu paska. Dengan demikian para
ahli mempertahankan historisitas baik dari penampakan maupun dari kubur kosong.
Oleh sebab itu kebangkitan sendiri yang diwujudkan dalam penampakan dan makam
kosong akhirnya hanya dapat ditangkap dengan iman. Hanya iman manusia dapat
mengerti dan memahami peristiwa kebangkitan Yesus. Sebab penampakan Yesus itu
tidak merupakan objek yang dapat ditangkap dengan panca indera tetapi
didalamnya terlaksana hubungan pribadi dengan Kristus mulia sehingga para murid
sungguh tahu bahwa Yesus itu bangkit. Penampakan merupakan tanda dari Tuhan
yang mulia. Bagi para rasul kebangkitan merupakan sesuatu yang luar biasa.
Namun benar-benar terjadi dan mereka alami dalam hidup mereka sendiri. Dengan
demikian pengelaman para murid ini merupakan objek historis bagi kita. Tanpa
penampakan iman akan kebangkitan pasti tidak akan tahan lama. Seluruh
pengalaman para rasul harus disebut historis biarpun didalamnya tercampur
unsur-unsur ilahi[7]. Maka
dari itu soal tentang historisitas kebangkitan adalah soal tentang penafsiran
iman gereja purba. Willi Marxen mengakui bahwa Paulus pasti percaya bahwa
Kristus bangkit dan secara badaniah tetapi ini adalah interperetasi Paulus dan
gereja purba mengenai makam kosong dan penampakan. Dan menurut Marsen
interpretasi itu salah. Terhadap jalan pikiran ini diajukan keberatan oleh
Gerhard Ebeling bahwa kesatuaan iman dalam pengalaman paska merupakan inti
pewartaan para rasul. Interpretasi Paulus tentang kubur kosong dan penampakan
merupakan suatu kebenaran iman paska[8].
Pengalaman paska para murid tidak
boleh di pecah-belah menjadi macam-macam bagian yang kemudian harus disusun
kembali karena mereka menghayati seluruh sejarah dan pengalaman mereka mulai
permandian sampai wafat-Nya. Justru karena itu kita tidak mungkin memisahkan
fakta kebangkitan sendiri dari pengalaman mereka. Kebangkitan Kristus merupakan
fakta sejarah sejauh terjalin hidup dalam pengalaman para murid. Dalam hal ini
dasar iman merupakan objek sekaligus. Mereka percaya bahwa Yesus telah bangkit
karena mereka bertemu dengan Yesus. Dengan demikian pengalaman paska merupakan
pengalaman pribadi yang mempunyai banyak segi dan aspek. Pokok dari pengalaman
itu adalah pertemuan dengan yang ilahi. Pengalaman paskah merupakan wahyu Allah
yang menyatakan diri dalam Yesus mulia, bagaimanapun juga bentuk konkritnya
sebagai tanda yang mempunyai arti bagi para murid dalam iman. Pengalaman para
murid sekarang menjadi objek penyelidikan historis. Tetapi objek itu hanya
dapat ditangkap secara historis kalau diterima sebagai realitas hidup manusia.
Pengalaman paska dalam roh kudus itu
menjadi titik tolak seluruh refleksi umat purba mengenai Yesus, hal ihwal,
kedudukan dan peranan-Nya dalam tata penyelamatan Allah. refleksi itu ditangkap
secara konseptual dan diungkapkan dalam bahasa mereka itu sendiri. Itulah yang
disebut kristologi[9].
Pengalaman paska ini meyakinkan pengikut Yesus bahwa Allah membenarkan Yesus.
Kebangkitan disimpulkan gereja purba
dengan makam kosong. Maka dari itu kiranya boleh dikatakan bahwa iman akan
kebangkitan mulai dari penampakan dan mungkin penampakan itu kepada
Petrus. Penampakan tidak dapat diterangkan dengan arti kondisi psikologis para
rasul. Mereka mengalami dan menghayati wafat Yesus kegagalan mutlak. Dan mungkin
kegagalan itu membuat mereka rindu akan pengalaman dulu ketika mereka masih
hidup bersama dengan Yesus. Maka penampakan merupakan pewahyuan kebangkitan.
Dengan demikian yang dibutuhkan para rasul untuk meneruskan kerja Yesus yakni
pewartaan kerajaan Allah kepada semua bangsa.
c. Makna kebangkitan bagi para rasul
Bagi
para rasul, kebangkitan adalah terutama pengesahan kewibawaan Yesus dari pihak
Allah. Oleh sebab itu mereka tidak menarik kesimpulan bahwa Yesus bangkit
berdasarkan penampakan-penampakan. Yang penting bahwa bukan Yesus hidup kembali
tetapi bahwa Ia dihidupkan oleh Allah. Allah sendiri yang menghidupkan Yesus. Inti
pewartaan kabar keselamatan para rasul ialah peristiwa yang mereka alami yakni
kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Tanpa kebangkitan maka siasialah
pewartaan para rasul. Pewartaan kristen awal yang mewartakan wafat, penguburan,
kebangkitan dan penampakan-penampakan Kristus muncul dari yahudi-kristen di
Pelestina yakni para rasul dan pengikut-pengikut-Nya[10].
Kebangkitan Yesus bukan hanya cerita belaka namun para rasul benar-benar
mengalami peristiwa kebangkitan sebagi suatu fakta yang tak dapat disangkal.
Penampakan Yesus bagi meraka adalah suatu bukti kekuatan Allah dalam diri
Yesus. Kisah kebangkitan dalam hubungannya dengan pengalaman para rasul dapat
kita lihat dalam kisah tentang kebangkitan dalam keempat injil. Di sana dilukiskan tentang
pengalaman yang mereka alami seperti: mereka melihat pemuda yang di sebelah
kanan dengan pakaian putih dengan mengatakan bahwa Yesus telah bangkit,
Ketegasan malaikat bahwa Yesus
bangkit adalah kerygma paska sendiri, yang mau dinyatakan. Misteri kebangkitan
tidak dapat dirumuskan dengan kata-kata manusia sebab kerygma paska adalah
sabda Allah sendiri. ini berarti bahwa di dalam penampakan itu tekanan tidak
pada aspek badaniah bahkan tidak pertama-tama pada aspek insani.
d. Makna kebangkitan Yesus bagi kita orang
kristiani di zaman moderen ini.
Dengan kebangkitan Kristus dunia orang
mati di buka, dengan pembaptisan baru di dalam gereja dunia di perbaharui.
Surga di buka oleh roh kudus sebab alam maut terbuka dan mengembalikan
orang-orang mati. Dengan kebangkitan Kristus semua orang dipanggil untuk
diselamatkan. Sebab kebangkitan Kristus kehidupan bagi orang mati, pengampunan
bagi orang berdosa dan kemuliaan bagi orang kudus. Maka yang harus dilakukan
semua orang beriman kristiani adalah bergembira pada saat kebangkitan Kristus.
Kita dituntut untuk hidup bersama dalam kegembiraan sebab dalam kegembiraan
akan kebangkitan Kristus kita mendapat suatu harapan baru yakni keselamatan.
Kebangkitan Kristus menandakan bahwa
kerajaan hidup telah tiba, kekuasaan maut telah dihancurkan. Bentuk kelahiran
baru datang dan membawa kehidupan lain, cara hidup yang berbeda, perubahan
memasuki kodrat kita. Kristus ingin menyatakan kepada kita betapa mutlak perlu
kita berakar dalam cinta kepada-Nya dan berpaut pada-Nya. Kita dilahirkan
kembali dari Dia dan di dalam Dia. Sebab kita dibangun di atas-Nya agar kita
menghasilkan buah yang berlimpah. Buah itu adalah kehidupan baru berupa iman
baru dan cinta akan Dia.
Dengan latar belakang ini jelaslah
kiranya bahwa pengalaman paska berarti percaya kepada Yesus yang telah bangkit
dari antara orang mati. Yesus yang wafat di salib bukan suatu penghinaan bagi
kita pengikutnya tetapi sebagai suatu kemuliaan. Salib bukan tanda kekalahan
melainkan suatu kemenangan yang luar biasa.
Sebagai manusia yang hidup dalam
zaman moderen ini, khususnya sebagai orang kristiani, percaya akan Yesus yang
bangkit harus menjadikan Kristus sebagai pedoman hidup. Singkatnya hubungan
orang kristen dengan Kristus seperti hubungan jiwa dengan raga. Seperti jiwa
itu rata meliputi setiap bagian tubuh, begitu juga orang kristen harus
menghayati Kristus yang bangkit dalam seluruh aspek hidupnya. Pujian Tuhan
harus merupakan bahan renungan orang kristen dalam hidup ini, sebab dalam
kehidupan yang akan datang merupakan bahan kegembiraan kalau kita hidup bersatu
dengan Dia yang telah dibangkitkan Allah dari kematian.
III. Refleksi penulis tentang kebangkitan Yesus
Setiap
orang beriman kristiani tentu mengalami hubungan yang intim dengan Allah dalam
diri Yesus putra-Nya, sebagaimana yang saya alami dalam kehidupan ini.
Kebangkitan Kristus yang saya alami dalam hidup ini benar-benar merupakan suatu
karya penyelenggaraan ilahi. Kristus yang saya alami dapat merubah dan
memberikan titik-titik pencerahan dalam hidup saya di saat saya gundah-gulana.
Kristus yang bangkit dalam refleksi iman saya merupakan suatu pedoman bagi saya
untuk terus berjuang dalam menapaki panggilan hidup. Kebangkitan Kristus sangat
bermakna bagi saya jika sayapun ikut bangkit dari segala keterpurukan hidup
untuk menggapai suatu pencerahan hidup. Dengan demikian Kristus yang telah
bangkit dari maut merupakan kemenangan atas kuasa jahat. Jika saya ikut bangkit
dan berjuang untuk menghidupi nilai-nilai luhur dalam diri saya maka saat
itulah saya telah ikut ambil bagian dalam peristiwa kemenagan Kristus.
Daftar pustaka
Bornkam, G. Jesus
of Nazareth. London, 1960.
.Fitzmyer, Joseph
A. Ktekismus kristologi. Yogyakarta: Kanisius, 1994
Groenen, C. Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta:
Kanisius, 1988
Jacobs, Tom.
Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru. Yogyakarta:
Kanisius, 1982.
Richardson, Alan. History sacred and profane SCM: 1964.
Serpulus Tano simamora, Serpulus Tano. Yesus Sebuah Diskusi Kristologis. Medan: Bina Media, 2005
[1]
Serpulus Tano simamora, Yesus Sebuah
Diskusi Kristologis (Medan:
Bina Media, 2005), hlm. 103-105.
[3]
Serpulus Tano Simamora, Yeus sebuah…,
hlm. 100.
[5] Serpulus
Tano Simamora, Yeus sebuah…,hlm. 101.
[6]
Joseph A. Fitzmyer, Ktekismus kristologi
(Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 131-133.
(
History is matter of interpretation in the light of personal commitments,
accepted values and understanding in a way in which natural science is not thus
a personal interpretation of nature…..faith and historical interpretation are
indissolubly joined together. That is a way there cen be a christian
interpretation of history but not a christian chemistry)
[8] If
we consider say the scene on the damascus road, it woud be meaningless to speak
of succession event, Paul first seeing the risen one, then being convinced of
his reality and only then deciding to bilieve. But rather, a single
individidible event takes place: Paul falls down in faith before the
overpowering reality of the crucified one
[9] C.
Groenen, Sejarah Dogma Kristologi
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm. 32.
[10]
Joseph A. Fritzmyer, Katekismus…,
hlm. 140.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar