Keutamaan Sebagai Penerang Hidup Dalam Era
Globalisasi
I Pengantar
Dalam perkembangan zaman yang
semakin moderen ini, manusia disodorkan dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Semua perkembangan ini demi kebutuhan manusia sendiri. Akan
tetapi dalam arus perkembangan ini, manusia terkadang menyimpang dari tatanan
hidupnya atau manusia mulai menjauh dari nilai-nilai keutamaan. Hal ini dapat
kita temukan dalam penggunaan alat-alat komunikasi seperti HP. Terkadang
manusia lebih mementingkan kesenangan yang bersifat sementara saja. Ia lebih
memilih untuk memencet HP daripada melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
menghantarnya untuk lebih manusiawi. Fenomena ini melanda remaja-remaja masa
kini bahkan orang tua. Memilih untuk belajar dan bekerja atau menikmati
teknologi. Maka dengan melihat fenomena yang terjadi ini patutlah kita menggali
kembali nilai-nilai keutamaan yang ada dalam diri kita. Juga melalui tulisan ini semoga saya semakin memahami arti
dan makna dari panggilan serta tugas dan tanggung jawabku sebagai seorang
mahasiswa.
II Pembahasan
Pengertian keutamaan
Keutamaan menurut
paham Yunani kuno.
Menurut
pandangan Yunani kuno keutamaan diungkapkan dengan kata Arete, arah dari kata ini
mau menggambarkan kematangan pribadi dan kekuatan seseorang. Seseorang
dianggap matang bila ia menjadi utuh dalam dirinya serta mampu menunaikan
tugas-tugas manusiawi dalam keseluruhan aspek tingkah lakunya dalam kehidupan.[1]
Keutamaan menurt Kitab Suci
Keutaman dalam
kitab suci terdapat dua pandangan: pertama, keutamaan itu nyata dalam keadilan,
ketaatan, kesetiaan, belas kasih, kesabaran. Kedua, iman akan Tuhan. Kedua keutamaan
ini nampak dalam perjanjian lama.[2]
Keutamaan Menurut Aristoteles
Menurut Aristoteles, keutamaan adalah “a mean between two vices, one of
excess and one of deficiency” (pertengahan antara dua hal satu yang berlebihan
dan satu berkekurangan). Hal yang mau ditampilakan disini ialah kemampuan
seseorang untuk menempatkan dirinya diantara dua hal yang ekstrim. Artinya
seseorang tidak terbuai untuk melakukan hal yang berlebihan dan yang sangat
kurang.[3]
Keutamaan menurut St. Thomas Aquinas
Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam diri seseorang dimana kebiasaan
tersebut menghantarnya untuk melakukan hal-hal yang baik. Namun St. Thomas
melihat keutamaan sebagai nilai teologial (Iman,harap dan kasih).[4]
Ketiga keutaman teologal ini bagaikan pohon.
Makna Keutamaan
Keutamaan sangat menyinggung seluruh
aspek kehidupan manusia. Perwujudan keutamaan adalah suatu pilihan dalam
tindakan yang baik dan benar. Hal ini nampak dalam pikiran, perkataan, pilihan
dan perbuatan demi kesejahteraan manusia. Keutamaan dapat dilukiskan sebagai
sifat rohani yang baik dimana seseorang tidak melakukan kejahatan. Keutamaan dapat
menghantar seseorang untuk menguasai dorongan rohani dan sensual agar mampu
melakukan sesuatu yang baik yang dihargai dan dicintai orang lain. Keutamaan
harus tertuju pada tujuan luhur yakni demi kemuliaan Allah dan perwujudan
rencana keselamatan bagi manusia dan dunia.[5]
III Keutamaan dan hidup beriman.
Setelah kita memahami dan mengerti
pengertian dan makna keutamaan, patutlah kita mengaktualisasikan hal ini dalam
kehidupan kita sebagai umat beriman yang hidup dalam zaman yang global ini. Keutamaan
ada dalam diri kita jika kita secara terus menerus menghidupi nilai-nilai
kebaikan yang ada dalam diri kita. Dalam arti yang ketat, bagaimanapun, seperti yang digunakan oleh filsuf
dan teolog moral, itu menandakan kebiasaan superadded ke fakultas jiwa,
pembuangan itu untuk memperoleh dengan kesiapan bertindak selaras dengan alam
rasional kita. Sebagai orang beriman apa yang menjadi keutamaan
kita? Keutamaan sebagai orang beriman kristiani yakni: menjalin relasi dengan
orang lain dalam hidup sosial masyarakat menurut ukuran kesamaan, jujur, setia pada hal yang baik, hidup
teratur dengan akal sehat, bertindak bebas dalam jiwa, dan ketangguhan kita
untuk menahan gejolak-gejolak yang kurang baik yang datang dari jiwa. Sebagi
seorang pelajar yang menjadi keutamaan adalah kemampuan untuk menjalankan tugas
sebagai seorang siswa yakni belajar dengan tekun tanpa mengesampingkan
nilai-nilai moral yang ada dalam ajaran gereja. Dengan demikian keutamaan-keutamaan
ini akan menghantar kita pada suatu nilai tertinggi yang ada dalam ajaran
gereja yakni Iman, Harap dan kasih.
Pengharapan
menggerakan kita menuju iman dan kemudian menemukan dukungannya dalam iman,
harapan kita menuju kasih. Harapan menggerakan kita menuju kasih dan kasih
membimbing kita pada iman yang lebih dalam. Pengharapan adalah tindakan mental
yang memunculkan iman dan kasih dan pada gilirannya pengharapan menumbuhkan
daya. Harapan adalah pusat dinamika semangat manusia[6]
Daftar Pustaka
Chang,Wliiam. Menggali Butir-butir Keutamaan. Yokyakarta:
Kanisius, 2002.
Hentz Otto. Pengharapan Kristen. Yokyakarta:
Kanisius, 2005.
Ndeak Lardus. Moral
Fundamental II Dengan Hatinurani Kembali ke Keutamaan. Sinaksak: Pematangsiantar,
2007.
T. C. O’brien. Virtue,
dalam New chatolic Encyclopedia, volume 14 suplement Washington:
Jack Heraty dan Associates, Inc, 1981.
[1]
Wliiam Chang, Menggali Butir-butir
Keutamaan, (Yokyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 15.
[2]
Wliiam Chang, Menggali Butir-butir…,
hlm. 17-18
[3]
Lardus Ndeak, Moral Fundamental II Dengan
Hatinurani Kembali ke Keutamaan, (Sinaksak: Pematangsiantar, 2007), hlm.
60.
[4]
Wliiam Chang, Menggali Butir-butir…,
hlm. 19
[5] T.
C. O’brien, Virtue, dalam New chatolic
Encyclopedia, volume 14 suplement ( Washington: Jack Heraty dan Associates,
Inc, 1981 ), hlm. 704.
[6]
Otto Hentz, Pengharapan Kristen,
(Yokyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar