Entri Populer

Sabtu, 17 Maret 2012

Mnaneh



MNANEH: Suatu Bentuk Kenabian dalam Budaya Dawan
I. Pengantar
            Setiap daerah mempunyai kekayaan budaya masing-masing. Orang Dawan juga mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan suku-suku yang ada di Indonesia seperti suku Batak, Jawa, Minang dan lain-lainnya. Letak perbedaannya dapat kita temukan dalam bahasa, pembawaan diri dan kebiasaan-kebiasaan dalam hidup bermasyarakat. Perbedaan budaya di Indonesia mau menunjukan bahwa masyarakat Indonesia hidup dalam suatu pluralisme budaya.
            Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan secara sederhana tentang gejala kenabian dalam budaya Dawan. Akan tetapi sebelum menguraikan siapa itu nabi dalam budaya Dawan, apa peranannya dan bagaimana bentuk pewartaan seorang nabi menurut budaya Dawan, terlebih dahulu penulis akan menguraikan sekilas pandang tantang masyarakat Dawan. Karena penulis melihat bahwa untuk mengenal suatu budaya tentu kita perlu mengetahui daerah dimana kebudayaan itu tumbuh. Dengan demikian dalam poin kedua, penulis akan menguraikan letak geografis. Selanjutnya dalam poin ketiga penulis akan menjelaskan secara sederhana tentang gejala kenabian dalam masyarakat Dawan dan pada akhir penulisan tugas ini, penulis akan menguraikan refleksi kritis atas gejala kenabian dalam budaya Dawan.
II. Pola Hidup Masyarakat Dawan
            Pulau Timor bagian barat merupakan salah satu bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  yang dihuni oleh beberapa  etnik, antara lain: Bunak, Tetun, Helong, Kemak dan Dawan, Sabu dan Rote. Suku Dawan merupakan kelompok suku terbesar yang mendiami daratan Timor Barat itu. Suku  Dawan juga mendiami daerah yang ada di wilayah Kabupaten Kupang. Selain itu, orang Dawan juga mendiami seluruh wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Oekusi (wilayah Timor Leste). Umumnya masyarakat yang di daerah pulau Timor hidup dalam komunitas-komunitas yang hampir eksklusif sifatnya, dengan masing-masing komunitas memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Pada umumnya mata pencaharian orang Dawan adalah bercocok tanam dan beternak. Komposisi tanah, iklim, dan sumber air sangat berpengaruh terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial masyarakat Dawan. Keadaan tanahnya berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur. Akibat tanah yang seperti ini tidak mendukung tumbuhnya vegetasi penutup. Pada musim hujan, keadaan tanah banyak mengandung air, dan akan mengembang bila telah penuh air hujan. Pada saat musim kemarau, tanah menjadi kering dan sangat keras sehingga berpengaruh terhadap adanya sumber air, yang banyak ditemukan di daerah dataran tinggi. Masalah sumber air ini menimbulkan bentuk pemukiman dan usaha pertanian yang berpusat di daerah pegunungan dan pengembangan usaha tani lahan (ladang) kering yang didominasi jagung dan palawija.
            Tempat yang didominasi oleh lapisan tanah liat pada umumnya kurang sesuai bila digarap sebagai lahan pertanian. Karena itu, penduduk memanfaatkan tanah yang terdiri dari campuran batu kapur dan tanah liat, di sekitar dataran tinggi untuk usaha taninya. Secara historis, penduduk mempraktikkan sistem usaha tani perladangan berpindah dengan teknologi tebas dan bakar. Dengan demikian, pemukiman pun sebagian terpusat di lereng-lereng pegunungan, yakni di daerah pedalaman Timor yang kondisi tanahnya amat kering. Itulah sebabnya orang Dawan menamakan dirinya Atoni Pah Meto yang artinya ”orang daerah kering” atau “orang tanah kering”.

III. Bentuk Kenabian dalam Budaya Dawan
            Masyarakat Dawan, mempunyai suatu pemahaman bahwa dalam kehidupan ini, sebagai manusia, kita tentu tidak mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Semua fenomena yang terjadi dalam diri manusia merupakan suatu kehendak dari Uis Neno[1]. Untuk mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan fenomena-fenomena itu, masyarakat Dawan memahami bahwa ada orang-orang tertentu yang bisa mengetahui hal-hal yang terjadi di luar diri manusia. Orang-orang tersebut sering disebut sebagai Mnaneh.
3.1  Mnaneh
            Masyarakat Dawan meyakini bahwa para Mnaneh mampu menyembuhkan dan meramalkan hal-hal yang bersifat positif yang akan terjadi pada diri seseorang. Para Mnaneh diyakini mempunyai karunia menyembuhkan atau membantu orang lain agar orang lain bisa hidup lebih manusiawi. Mereka memperoleh kekuatan itu bukan berasal dari suatu kontemplasi melainkan suatu rahmat yang mereka peroleh secara cuma-cuma dari Uis Neno maka tidak mengherankan kalau dalam pewartaan atau mengadakan penyembuhan bagi orang lain, mereka tidak menuntut imbalan. Mereka melayani atas dasar karunia cuma-cuma itu dari Uis Neno.
            Cara kerja para Mnaneh pada umumnya tidak bertentangan dengan perilaku moral. Mereka menyembuhkan orang sakit dengan ritus-ritus tertentu seperti mengoleskan minyak si sakit. Kenyataan yang terjadi mereka yang sakit dapat sembuh. Para Mnaneh tidak menggunakan kekuatan yang ada dalam diri mereka untuk merusak atau merugikan orang lain. pada dasarnya para Mnaneh mempunyai kekuatan dari Uis Neno yan terpatri dalam diri mereka untuk membantu dan mengarahkan orang lain untuk hidup lebih baik. Mereka selalu menyerukan kebaikan, kebenaran dan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Mereka tidak menghiraukan siapapun jika dalam kehidupan bersama ada orang yang berlaku tidak sesuai dengan adat istiadat yang diyakini mampu mengarahkan orang pada jalan yang benar. Dengan demikian masyarakat Dawan memandang para Mnaneh sebagai orang-orang yang di pilih oleh Allah untuk membantu orang lain.
            Para Mnaneh dalam kehidupan bersama diyakini sebagai pelindung kesejahteraan adat-istiadat. Mereka dihormati dalam masyarakat. Kewibawaan dalam diri mereka serta kebaikan dalam diri mereka menjadi panutan bagi moral sosial. Masyarakat Dawan mengerti para Mnaneh sebagai mediator  yang dipilih oleh Uis Neno untuk mewarkatan kebaikan di dunia ini. pemahaman ini yang membuat masyarakat Dawan pada umumnya meminta doa dari mereka demi keberhasilan dalam segala usaha khususnya dalam hasil panen dan kesuksesan anak-anak mereka. Apabila doa yang diminta dikabulkan maka sebagaian dari hasil panen dipersembahkan kepada para Mnaneh namun dalam kenyataan yang ada para Mnaneh tidak meminta. Persembahan yang diberikan kepada para Mnaneh dinikmati bersama oleh semua masyarakat yang berada di sekitar. Artinya bahwa persembahan dari kesuksesan di olah dan dinikmati bersama.
3.2  A’Laut
            Masyarakat Dawan juga mengenal orang-orang yang memiliki kekuatan gaib. Orang-orang itu disebut sebagai A’laut. A’laut adalah mereka yang dianggap lawan dari para Mnaneh. A’laut  biasanya menggunakan kekuatan-kekuatan magik untuk merusak dan menghancurkan rencana dan karya orang lain karena rasa sentimen. A’laut memperoleh kekuatan untuk meramal berdasarkan pertapaan dan ritus-ritus penyembahan terhadap roh-roh tertentu. Masyrakat Dawan mengenal para A’laut sebagai penghambat kehidupan orang lain. alasan masyarakat Dawan menganggap mereka sebagai orang jahat karena para A’laut menggunakan kekuatan yang ada dalam diri mereka untuk meramalkan hal-hal baik dalam diri seseorang namun memiliki maksud jahat yakni menguras harta dan kekayaan orang lain.
            Dalam kehidupan sosial, para A’laut bertindak sesuka hati mereka. Tindakan mereka tidak dilawan atau dicela oleh masyarakat karena merasa takut terhadap mereka.  Para A’laut dengan kekuatan magik dalam diri mereka bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain karena mereka meyakini bahwa mereka adalah penguasa dalam masyarakat berdasarkan kekuatan yang ada dalam diri mereka. Orang-orang yang berusaha mencegah perbuatan jahat yang dilakukan oleh para A’laut, akan memperoleh penyakit atau ketidakberhasilan dalam seluruh pekerjaan.

3.3  Atoin Ahinat
   Atoin Ahinat adalah orang-orang yang diyakini dalam masyarakat Dawan sebagai orang-orang yang bisa berbuat jahat dan berbuat baik terhadap oranglain. Mereka berbuat baik dalam membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan mereka. Mereka berbuat jahat karena motifasi dalam membantu orang lain itu jahat. Letak kejahatan mereka terdapat pada tingginya biaya yang harus dibayar oleh orang yang meminta pertolongan dari mereka. Mereka juga mempunyai kekuatan magic yang bisa mencelakakan orang lain seperti para A’laut. Mereka juga mempunyai kekuatan yang bisa menyembuhkan orang sakit seperti para Mnaneh. Namun kekuatan yang mereka gunakan untuk menyembuhkan orang lain bukan bersal dari Uis Neno tapi berdasarkan kekuatan roh-roh tertentu. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Mnaneh berbeda dengan Atoin Ahinat. Para Mnaneh pada dasarnya hanya berbuat baik terhadap orang lain sedangkan Atoin Ahinat bisa berbuat baik dan juga bisa berbuat jahat.

3.4  Rangkuman
            Dalam kehidupan masyarakat Dawan, ada orang-orang yang mempunyai kekuatan yang berasal dari Uis Neno (Mnaneh) dan ada orang yang mempunyai kekuatan dari roh-roh tertentu (A’laut dan Atoin Ahinat). Mereka yang mendapat kekuatan dari Uis Neno menjadi pengantara masyarakat Dawan dengan Uis Neno dalam kehidupan masyarakat. Para Mnaneh pada hakekatnya sebagai penyembuh atau pengantara Allah dengan manusia. Para Mnaneh menyampaikan permohonan dari orang-orang yang meminta bantuan kepada Uis Neno dengan perantaraan mereka. Berbeda dengan A’laut. Mereka hanya merusak dan menghambat orang lain dengan kekuatan gaib yang ada dalam diri mereka. Mereka juga bertindak sewenang-wenang dalam kehidupan sosial. Berbeda lagi dengan Atoin Ahinat, mereka membantu orang lain dengan maksud jahat yakni mengambil keuntungan dari kemampuan ekonomi orang-orang yang meminta pertolongan.
IV.  Kenabian Biblis dan Kenabian Dalam Masyarakat Dawan
            Dalam kitab suci dapat kita temukan para nabi yang berbicara kepada bangsa Israel sebagai penyambung lidah Allah. Para nabi bebicara berdasarkan realitas sosial yang terjadi pada saat itu. Artinya para nabi merupakan produk pada zaman mereka. Kriteria dalam kitab suci tentang seorang nabi apabila warta para nabi sesuai dengan konteks zaman dan warta itu terealisasi. Nabi biblis berbicara atas nama Allah bukan berdasarkan atas diri mereka sendiri. Misi pewartaan para nabi yakni agar bangsa israel dalam kehidupan tidak melenceng dari kehendak Yahwe. Nabi biblis adalah orang-orang rohani. Mereka pertama-tama bukan politisi, pembaharu soail, pemikir atau filsuf melainkan kontak dan relasi pribadi dengan Ilahi itulah yang pertama-tama dan utama serta yang mendorong pewartaan dalam tindakan meraka. Karena itu pengalaman rohani menjadi hakekat dari hidup seorang nabi.
            Pada umumnya, kenabian dalam masyarakat Dawan tidak selamanya pewartaan mereka terealisasi. Sedangkan dalam kenabian biblis apa yang diwartakan para nabi tentang masa depan terealisasi karena para Mnaneh hanya memberikan jalan dan petunjuk bagi orang lain. disini kesuksesan dan keberhasilan bukan berasal dari para Mnaneh melainkan dari orang yang melakukan perintah itu. Sedangkan pewartaan nabi biblis berbeda dengan kenabian di dalam masyarakat Dawan. Letak perbedaannya pada rumusan pewartaan. Rumusan dalam pewartaan nabi biblis “beginilah firman Tuhan...” sedangkan rumusan para MnanehAu feko lalan he ho nekme nat coe” (saya memberimu jalan agar pikiranmu terbuka untuk berbuat bai dan benar) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa mnaneh dan kenabian biblis memilki persamaan tetapi berbeda. Para Mnaneh tidak berbicara sebagai penyambung lidah Uis Neno tetapi sebagai orang yang memiliki kebijaksanaan untuk mengarahkan orang lain pada jalan yan benar.
V Penutup
            Seorang nabi adalah pewarta atau penyambung lidah Allah. Mereka pada dasarnya mewartakan kebebaran. Mereka sebagai hamba yang mewartakan apa yang dikehendaki oleh tuannya bukan mewartakan dirinya. Mnaneh sebagai pewarta dalam budaya Dawan juga berbicara atau mewartakan sesuai dengan kehendak Uis Neno. Dengan demikian ada kemiripan antara nabi biblis dan nabi dalam budaya Dawan namun memiliki cakupan yang berbeda. Nabi biblis berbicara sesuai dengan konteks zamannya begitu juga dengan nabi dalam masyarakat Dawan.
           


             
             
           











[1] Uis Neno sebagai dewa tertinggi yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi dan yang berkuasa atas lagit dan bumi tidak boleh disebut secara langsung. Kepada dewa tertinggi dan maha kuasa ini diberikan nama yang tidak lain adalah sebuah atribut Uis Neno, Tuhan hari (langit). Yang memberikan nama Uis Neno kepada “Tuhan-nya orang Kristen” adalah para misionaris pada waktu zaman penjajahan Portugis. Namun, di sini Uis Neno  dimengerti sebagai “raja langit”. Orang  Dawan sendiri tidak pernah menyebut Uis Neno sebagai wujud tertinggi secara langsung. Dalam upacara ritus keagamaan, nama atau sebutan Uis Neno selalu dikombinasikan dengan nama atau sebutan lain yakni uis afu atau uis naijan( raja bumi atau daratan). Kombinasi ini mau mengungkapkan cara pikir orang Dawan sebagai dualitas paralel komplementaris. Kendati demikian, sebutan-sebutan ini tidak boleh dipisahkan, melainkan selalu didahului oleh kata Uis Neno. Maka sebutan yang lazim dipakai adalah Uis Neno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar