PENGARUH NEGATIF DAN POSITIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
TERHADAP MASYARAKAT (KESEHATAN, PENDIDIKAN, DAN PENDAPATAN) RT SUKA
MULI
DI KELURAHAN TANJUNG
PINGGIR
( KELOMPOK III )
1. Latar Belakang Masalah
Berdirinya Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) di Tanjung Pinggir yang terletak di tengah pemukiman penduduk dan lahan
pertanian secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya. Pada umumnya masyarakat
Tanjung Pinggir yang ada di sekitar TPA berprofesi sebagai petani. Namun
akhir-akhir ini dengan berdirinya TPA di tanjung penggir merubah lahan yang
digunakan oleh petani menjadi Tempat Pembuangan Akhir. Hal ini mempengaruhi
situasi ekonomi masyarakat di sekitar TPA dan bahkan merubah profesi dari
petani menjadi pemulung dan ada juga yang mempertahankan profesinya sebagai
petani sekaligus pemulung.
Dengan hadirnya TPA secara tidak
langsung membawa pengaruh negatif dan positif terhadap penghasilan, kesehatan,
dan pendidikan masyarakat di sekitarnya. Jika hal ini dibiarkan (pengaruh
negatif), maka dapat menimbulkan masalah-masalah baru seperti kemiskinan dan
masalah sosial lainnya.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kelompok kami
adalah untuk memperoleh informasi, data-data tentang berdirinya TPA di Tanjung
Pinggir, keadaan ekonomi sebelum dan sesudah berdirinya TPA serta dampak
positif dan negatif terhadap penghasilan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat
yang ada di sekitar TPA khususnya RT Suka Mulia.
Selain untuk memperoleh informasi
dan data-data, kelompok juga hendak mencari dan menemukan masalah-masalah serta
mencoba untuk menganalisanya. Dengan menganalisa masalah, diharapkan mampu
untuk menemukan temuan-temuan baru. Temuan baru yang kelompok peroleh
diharapkan mampu mengurangi masalah-masalah yang terjadi atau dapat mencari solusi
yang lebih baik.
3. Kerangka Teoritis
Penelitian
Hadirnya TPA mempengaruhi lingkungan
sekitar dan sekaligus profesi masyarakat. Selain itu TPA juga mempengaruhi
keadaan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Jika dampak dari pengaruh TPA negatif,
maka dapat menimbulkan masalah baru yakni kemiskinan, mempengaruhi
kesehatan masyarakat, dan mempengaruhi
pendidikan anak-anak mereka sendiri. Maka
dari itu independent variabelnya ialah adanya TPA yang berada di tengah
pemukiman penduduk dan dependent Variabel ialah pengaruhnya terhadap pendapatan
penduduk, kesehatan, dan pendidikan.
4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Untuk mendukung proses itu
kelompok menggunakan metode wawancara. Pendekatan ini kami rasa sangat cocok
karena dalam penelitian kami mencoba untuk mencari sampai pada akar masalah
atau mencari data-data sedetailnya dari data-data dan fakta serta informasi
yang telah dikumpulkan. Sedangkan teknik yang kami gunakan ialah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan yang kami teliti (interview).
5. Responden, Informan, dan
Key Person
Responden yang kami tentukan ialah
orang-orang yang berprofesi sebagai petani, pemulung, dan petani sekaligus
pemulung. Adapun tabel dari responden dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel Daftar Responden
No
|
Nama
|
Jenis kelamin
|
Status
|
Pekerjaan
|
Pendapatan
|
Jumlah Anak
|
1
|
Bpk.
Pakpahan
|
L
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
1.000.000/Bulan
|
3
Org
|
2
|
Bpk.
Purba
|
L
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
2.500.000/Bulan
|
3
Org
|
3
|
Bpk.
Saragih
|
L
|
Menikah
|
Petani
+ Pemulung
|
Rp.
1.300.000/Bulan
|
|
4
|
Bpk.
Sihoras
|
L
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
1.300.000/Bulan
|
4
Org
|
5
|
Bpk.
Simarmata
|
L
|
Menikah
|
Petani
+ Pemulung
|
Rp.
1.500.000/Bulan
|
|
6
|
Bpk.
Siregar
|
L
|
Tdk
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
500.000/Bulan
|
|
7
|
Ibu
Br. Purba
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
1.500.000/Bulan
|
3
Org
|
8
|
Ibu
Br. Naibaho
|
P
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
1.300.000/Bulan
|
7
Org
|
9
|
Ibu
Br.
Nainggolan
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
600.000/Bulan
|
4
Org
|
10
|
Ibu
Br. Sinaga
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
300.000/Bulan
|
7
0rg
|
11
|
Leo
Simatupang
|
L
|
Blm.
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
300.000/Bulan
|
|
12
|
Larista
Marbun
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
1.000.000/Bulan
|
|
13
|
M.
Br. Manik
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
400.000/Bulan
|
3
Org
|
No
|
Responden
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
|
Petani
Pemulung
Petani
Sekaligus Pemulung
|
4
7
2
|
|
Total
|
13
|
Sedangkan informan yang akan kami temui ialah Kepala Lorong
(RT) dan orang-orang yang sudah lama tinggal di situ. Jumlah informan yang kami
tentukan ialah sebanyak dua (2) orang.
6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dari kelompok kami
ialah RT Suka Mulia Jl.Tuan Rondahaim Saragih, Kelurahan Tanjung Pinggir,
Pemerintahan Kota Pematang Siantar. Sedangkan penduduk setempat umumnya bermata
pencaharian sebagai petani, pemulung, dan petani sekaligus pemulung. Yang
berprofesi sebagai petani umumnya sebagai petani padi, cokelat dan palawija.
Sedangkan yang berprofesi sebagai pemulung sekaligus petani, mereka membagikan
waktu mereka untuk secara bergantian bekerja di ladang dan bekerja di TPA atau
sebagai pemulung. Tetapi sangat berbeda dengan petani, mereka lebih tenang
untuk bekerja dan tidak berpatokan dengan waktu karena mereka bekerja di tanah
mereka sendiri.
Sedangkan jarak dari TPA dengan
pemukiman penduduk ± 50 meter, dengan demikian bau dari TPA sangat menyengat
dari pemukiman penduduk. Selain itu penduduk setempat juga tidak mendapat
sarana air bersih dan listrik.
7. Proses Penelitian
Sebelum
terjun ke lapangan, kami membuat proposal untuk penelitian ini. Dengan
dilengkapi surat rekomendasi dari kampus, kami sangat dibantu untuk mengadakan
observasi. Sedangkan tempat dari penelitian kami ialah di RT Suka Mulia,
Kelurahan Tanjung Pinggir, Pemerintahan Kota Pematang Siantar.
Dalam
tahap observasi, kami menjumpai bapak Keplor Suka Mulia yakni bapak Papahan dan
Lurah Tanjung Pinggir yang bernama Bak.
Hutapea. Kami juga mencari informan untuk membantu kami dalam proses penelitian
ini yakni Bpk. Pakpahan dan ibu br. Sinaga serta kami juga membuat janji dengan
beberapa responden yang kami jumpai.
Berikutnya,
kami mencoba mencari data-data dan informasi dengan mewawancarai beberapa
informan, akan tetapi ada informan yang enggan menyebutkan nama lengkap mereka
dan bahkan mereka enggan memberikan jawaban dari pertanyaan yang kami lakukan.
Hal itu dikarenakan bahwa mereka sering
“diperalat” oleh beberapa peneliti yang pernah meneliti di tempat mereka yang
hanya mau mengambil untung dari hasil penelitian peneliti. Namun demikian pada
umumnya kami diterima dengan baik.
Sedangkan
pertemuan yang kami lakukan dengan para
responden sebanyak empat kali. Dan metode yang kami gunakan ialah dengan
wawancara (face to face) di rumah-rumah mereka dan di tempat lain (kedai
dan di lokasi TPA) yang sebelumnya kami mengadakan perjanjian dengan mereka
(responden). Setelah kami mewawancara dengan para responden, kelompok
berdiskusi dan berbagi serta merangkumkan dari hasil atau informasi yang kami
peroleh dari mereka. Dan dalam empat
kali pertemuan (penelitan) itu kami merasa data-data dan informasi yang kami
peroleh sudah cukup memadai untuk membuat laporan dari hasil wawancara dari
para responden.
8. Hasil Penelitian
A.1 Tabel daftar Responden
No
|
Nama
|
Jenis kelamin
|
Status
|
Pekerjaan
|
Pendapatan
|
Jumlah Anak
|
1
|
Bpk.
Pakpahan
|
L
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
1.000.000/Bulan
|
3
Org
|
2
|
Bpk.
Purba
|
L
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
2.500.000/Bulan
|
3
Org
|
3
|
Bpk.
Saragih
|
L
|
Menikah
|
Petani+Pemulung
|
Rp.
1.300.000/Bulan
|
|
4
|
Bpk.
Sihoras
|
L
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
1.300.000/Bulan
|
4
Org
|
5
|
Bpk.
Simarmata
|
L
|
Menikah
|
Petani+Pemulung
|
Rp.
1.500.000/Bulan
|
|
6
|
Bpk.
Siregar
|
L
|
Tdk
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
500.000/Bulan
|
|
7
|
Ibu
Br. Purba
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
1.500.000/Bulan
|
3
Org
|
8
|
Ibu
Br. Naibaho
|
P
|
Menikah
|
Petani
|
Rp.
1.300.000/Bulan
|
7
Org
|
9
|
Ibu
Br.
Nainggolan
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
600.000/Bulan
|
4
Org
|
10
|
Ibu
Br. Sinaga
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
300.000/Bulan
|
7
0rg
|
11
|
Leo
Simatupang
|
L
|
Blm.
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
300.000/Bulan
|
|
12
|
Larista
Marbun
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
1.000.000/Bulan
|
|
13
|
M.
Br. Manik
|
P
|
Menikah
|
Pemulung
|
Rp.
400.000/Bulan
|
3
Org
|
A.2 Tabel Responden dilihat
dari jenis kelamin dan pekerjaan
Pekerjaan/Jenis kelamin
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Petani
|
3
|
1
|
4
|
Pemulung
|
2
|
5
|
7
|
Petani
dan Pemulung
|
2
|
-
|
2
|
Jumlah
|
7
|
6
|
13
|
A. 3 Tabel Responden dilihat dari Pekerjaan dan
Pendapatan
Pekerjaan/
Pendapatan
|
Rp. 100.000 -500.000
|
Rp. 600.000 - 1.000.000
|
Rp. 1.000.000 – 1.500.000
|
Rp. 1.500.000 – 3.000.000
|
Jlh
|
Petani
|
-
|
-
|
3
|
1
|
4
|
Pemulung
|
4
|
1
|
2
|
-
|
7
|
Petani
& Pemulung
|
-
|
1
|
1
|
-
|
2
|
Jumlah
|
4
|
2
|
6
|
1
|
13
|
B. Jawaban Sesuai dengan Pertanyaan ( Daftar pertanyaan
terlampir)
B. 1 Sejarah tempat pembuangan sampah (TPA) Tanjung
Pinggir
Tempat pembuangan sampah (TPA)
di Tanjung Pinggir berdiri sejak tahun 1992. keberadaan TPA di Tanjung Pinggir
merupakan hasil kerja sama antara pemerintah kota Pematang Siantar dengan bapak
Sitorus selaku pemilik tanah tempat pembuangan akhir (TPA) tersebut.
Berdasarkan kesepakatan antara kedua pihak maka tanah yang digunakan untuk
membuang sampah tersebut hanya berlaku sampai tahun 2012. Artinya tempat untuk
membuang sampah di Tanjung Pinggir akan berakhir pada tahun 2012. Sedangkan alasan
untuk mengadakan tempat pembuangan sampah (TPA) di Tanjung Pinggir karena tanah
tersebut memungkinkan untuk diadakan sebagai pembuangan sampah. Selain itu
struktur tanah tersebut berjurang.
B. 2 Mata Pencaharian Tetap
penduduk di sekitar TPA
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah kami adakan, kami menemukan bahwa masyarakat di sekitar TPA khususnya
masyarakat Suka Mulia mata pencaharian meraka sebelum berdirinya TPA adalah
petani. Namun setelah TPA berdiri, masyarakat sekitarnya ada yang beralih profesi
yakni ada yang berprofesi sebagai pemulung dan ada yang tetap sebagai petani.
Alasan mereka yang beralih profesi sebagai pemulung dikarenakan bahwa TPA
tersebut dapat membantu serta menambah penghasilan mereka. Sedangkan mereka
yang tetap berprofesi sebagai petani dan tidak mau bekerja sebagai pemulung
mempunyai alasan bahwa mereka tidak tahan dengan aroma sampah yang ada di TPA
tersebut. Alasan lain dari mereka yang tidak mau bekerja sebagai pemulung ialah
mereka berpendapat bahwa bekerja di ladang lebih memberikan hasil yang
memuaskan.
B. 3 Jumlah Pendapatan Penduduk Sebelum dan
Sesudah TPA
Menurut hasil penelitian, pada
umumnya masyarakat sekitar TPA khususnya para petani, biasanya bekerja sesuai
dengan kebutuhan dalam keluarga. Jumlah pendapatan para petani tidak
dipengaruhi oleh TPA, sebab mereka tidak bekerja sebagai pemulung. Jumlah
pendapatan para petani sesuai dengan tabel di atas. Para petani bekerja pada
saat-saat tertentu. Maksudnya ialah mereka bekerja sesuai dengan apa yang telah
mereka tanam di ladang. Untuk menentukan berapa jam mereka bekerja di ladang,
menurut mereka tidak menentu. Mereka biasanya bekerja dari pagi sampai siang
dan melanjutkannya pada sore hari. Sedangkan masyarakat yang beralih profesi
dari petani ke pemulung biasanya mereka bekerja dari pagi sampai sore hari.
Bahkan ada pemulung yang sudah mulai bekerja di TPA dari jam 5.00 WIB-17.00
WIB. Dengan demikian, jika kita melihat jumlah jam yang dipergunakan para
pemulung untuk bekerja, ada yang sesuai dengan jumlah pendapatan setiap bulan.
Sedangkan ada yang tidak sesuai dengan pendapatan setiap bulan karena
pendapatan yang mereka peroleh sangat minim. Namun bila ditanya pendapat mereka
tentang TPA tersebut, mereka selalu mengatakan bahwa dengan adanya TPA tersebut
dapat menambah pendapatan mereka. Hal lain yang yang membuat para pemulung
merasa beruntung dengan adanya TPA ialah mereka dapat memperoleh sisa-sisa
makanan untuk memberi makan hewan peliharaan seperti babi.
Banyak pendapat dari para pemulung
tentang TPA. Ada hal yang sangat menarik bagi kami ialah ada beberapa pemulung
yang mengusulkan agar TPA yang telah ada di dekat tempat tinggal mereka
tersebut tetap berada di lokasi tersebut atau dengan kata lain mereka mau agar
TPA tersebut di perpanjang masa kontraknya.
Berbicara tentang pengeluaran setiap
anggota keluarga sedikit mengalami kesulitan karena menurut pendapat para
keluarga, pengeluaran setiap bulan tidak menentu. Mereka sering mengeluarkan
uang sesuai dengan kebutuhan hidup setiap hari. Namun secara umum kami dapat
mengatakan bahwa pengeluaran keluarga setiap bulan berkisar antara Rp. 800.000
/ bulan. Jika kita menelusuri secara mendalam tentang pengeluaran setiap
anggota keluarga khususnya para pemulung tidak sesuai dengan jumlah pendapatan
yang mereka peroleh. Hasil yang mereka peroleh tidak mencukupi untuk membiayai
kebutuhan keluarga.
Menurut bapak Pakpahan selaku kepala
lorong Suka Mulia menandaskan bahwa sejak ia menjabat sebagai kepala
lorong, ia menemukan beberapa kesulitan
yang berkaitan dengan TPA tersebut.
Selanjutnya beliau menandaskan bahwa anggota masyarakat yang berprofesi sebagai
pemulung sulit dikumpulkan untuk mengadakan kerja bakti sosial dalam bidang
pemerintahan karena pada umumnya para pemulung tidak mempunyai waktu luang
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dengan demikian beliau mengharapkan agar
tempat pembuangan sampah tersebut tidak diperpanjang masa kontraknya oleh
pemerintah kota.
B. 4 Pengaruh positif dan
Negatif TPA Di Tanjung Pinggir Terhadap
Masyarakat
Keberadaan TPA di Tanjung Pinggir
mempunyai pengaruh terhadap penduduk di sekitarnya secara khusus RT Suka Mulia.
Adapun pengaruh itu mencakup:
- Pendapatan
Dari hasil penelitian, kami menemukan
beberapa pendapat dari masyarakat khususnya para pemulung tentang TPA yang ada
di Tanjung Pinggir. Pada umumnya mereka mengatakan bahwa dengan hadirnya TPA di
Tanjung Pinggir sangat membantu kehidupan mereka. Pendapatan keluarga atau
ekonomi mereka semakin bertambah. Selanjutnya mereka menandaskan bahwa dengan
hadirnya TPA di Tanjung Pinggir Masyarakat yang mau bekerja sebagai pemulung
mudah mendapatkan uang setiap hari. Dengan demikian mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidup mereka setiap hari. Hal positif lain yang dikemukakan
masyarakat terhadap TPA ialah melalui TPA mereka bisa mendapat sisa-sisa makan
sehingga melalui sisa-sisa makanan tersebut mereka dapat beternak babi.
Sedangkan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani sekaligus pemulung TPA
tersebut sangat memberikan suatu peningkatan dalam pendapatan mereka karena
pendapatan keluarga semakin bertambah selain dari ladang ada juga dari TPA
tersebut. Pada umumnya masyarakat Tanjung Pinggir mengatakan bahwa dengan
hadirnya TPA di lokasi sekitar pemukiman mereka sangat memberikan bantuan
hidup.
- Kesehatan
TPA yang ada di Tanjung Pinggir membawa
pengaruh negatif yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya terutama RT Suka Mulia. Menurut
hasil penelitian, masyarakat sekitarnya sangat mengeluh dengan keberadaan TPA
tersebut. Mereka mempunyai keluhan bahwa TPA sangat memberikan efek yang besar
bagi anak-anak mereka. Pada umumnya bau yang berasal dari TPA membuat anak-anak
mual bahkan yang lebih mengerikan lagi anak-anak mereka mendapat penyakit kulit
seperti kudis dan juga bau yang datang dari TPA tersebut membuat masyarakat tidak
mempunyai selera makan. Bahkan jika pada musim hujan banyak lalat yang
bertebaran di sekitar lingkungan. Sedangkan pendapat para pemulung tentang TPA
berkaitan dengan kesehatan sangat memprihatinkan. Para pemulung pada awalnya
bekerja di TPA tidak mengalami penyakit seperti dialami oleh anak-anak mereka,
ada beberapa pemulung yang mengatakan bahwa mereka baik-baik saja. Namun
menurut masyarakat setempat khususnya bapak Pakpahan selaku Keplor menandaskan
bahwa menurut fakta yang terjadi, orang-orang yang berprofesi sebagai pemulung
jika pada suatu saat menderita sakit maka penyakit yang dialami oleh pemulung
itu tidak tertolong. Mereka pada umumnya mengalami suatu penyakit yang tidak
bisa di obati oleh dokter.
- Pendidikan Anak
Dari hasil penelitian di TPA Tanjung
Pinggir, masyarakat rata-rata sudah berkeluarga dan memiliki anak lebih dari
satu orang. Jika kita melihat pendidikan anak, rata-rata anak mereka
bersekolah. Bahkan ada yang berpendidikan hingga SLTA. Pendidikan anak-anak
para pemulung sangat dipengaruhi oleh ekonomi keluarga. Meskipun pendapatan
para pemulung rata-rata pas-pasan atau di bawah standar UMR namun pendidikan
anak hampir sama dengan pendidikan anak para petani yang bisa dikatakan
memiliki pendapatan yang cukup besar.
Sedangkan hal negatif dari keberadaan
TPA di Tanjung Pinggir terhadap pendidikan anak ialah kurangnya situasi yang
mendukung karena anak-anak dari masyarakat RT Suka Mulia tidak memiliki tempat
bermain yang sehat bila dibandingkan dengan anak-anak lain. Artinya bahwa kehidupan
anak tidak didukung oleh lingkungan yang sehat. Dengan demikian kesehatan anak
akan jauh berbeda dengan anak-anak yang lain yang jauh dari tempat pembuangan
sampah tersebut. Selain itu cara hidup yang berhubungan dengan kebersihan dalam
diri anak tidak tertanam dengan baik sebab pada dasarnya anak-anak yang berada
di daerah sekitar TPA tidak berpenampilan secara rapi dan bersih malahan
terlihat kumal dan pucat. Oleh karena itu, kita dapat melihat bahwa pengaruh
TPA terhadap pendidikan anak boleh dikatakan belum memadai secara efisien.
9. Analisis
Dengan
kehadiran TPA di Tanjung Pinggir tidak memberikan dampak yang lebih positif
terhadap penduduk disekitrnya, bahkan memberikan dampak yang lebih negatif
misalnya para pemulung memiliki pendapatan yang begitu rendah bila dibandingkan
dengan UMR (UMR untuk kota Pematang Siantar ialah Rp. 1. 300.000,00). Bila hal
ini dikaitkan dengan keadaan lingkungan yang ada di RT Suika Mulia sangat
bertolak belakang, karena sering terdapat penyakit (kudis, dan gatal-gatal bagi
anak-anak) maka pendapatan yang mereka
peroleh tidak mencukupi untuk biaya pengobatan yang begitu mahal saat ini.
Kesehatan
merupakan faktor yang paling utama dalam kehidupan manusia. Dengan hidup sehat
manusia dapat melakukan segala aktifitasnya dengan baik. Demikian sebaliknya,
manusia yang tidak sehat dapat mengganggu aktifitasnya. Misalnya situasi yang
kotor kurang memberikan semangat untuk melakukan tugas-tugas dalam kehidupan
manusia. Berdasakan pandangan di atas kami melihat bahwa situasi di lingkungan
RT Suka Mulia terdapat begitu banyak tumpukan sampah sehingga berpengaruh
terhadap tempat permainan anak-anak (kurang memadai).
Melihat ketidakmerataan dalam hidup
masyarakat ini tentu kesehatan dan pendidikan anak juga berbeda. Para petani
yang memiliki pendapatan lebih besar dari para pemulung dan petani sekaligus
pemulung mempunyai peluang yang sedikit besar untuk menyekolahkan anak-anak
mereka ke jenjang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan para pemulung dan
petani sekaligus pemulung sebab jika dilihat dari tabel pendapatan rata-rata
para petani jauh berbeda pendapatannya dengan para pemulung.
Dengan demikian ketiga variabel di atas
mempunyai pengaruh anatara satu dengan yang lain. Pendapatan yang kecil akan
mengganggu ekonmi suatu rumah tangga. Pendapatan yang kecil juga menyebabkan
peluang yang sangat kecil untuk membiayai pendidikan anak ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan
lingkungan yang tidak sehat akan berdampak pada kesehatan masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA yang kurang sehat. Dan kesehatan sangat perlu bagi
pendidikan anak sebab seseorang yang
kurang sehat akan mengganggu proses belajar.
10. Temuan Baru
Dari
hasil penelitian kami menemukan suatu hal baru yakni kurangnya partisifasi
secara aktif dari penduduk yang berprofesi sebagai pemulung. Dikatakan demikian
karena para pemulung terlalu terfokus pada pekerjaannya sehingga sangat sulit
bagi mereka untuk mengadakan kerja bakti secara bersama di dalam lingkungan
tempat tinggal mereka. Maka terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat RT Suka
Mulia. Dengan demikian, akibat dari kurangnya kerjasama dalam hal kerja bakti;
situasi lingkungan kemasyarakatan kurang menjamin sebagai tempat tinggal yang
layak.
11. Kesimpulan dan
Saran
Dari hasil penelitian yang kami peroleh
dari masyarakat RT Suka Mulia yang hidup di sekitar TPA di Tanjung Pinggir,
kami menyimpulkan bahwa pengaruh dari TPA terhadap penduduk cenderung ke arah
yang lebih negatif. Hal ini anatara lain ialah TPA yang berdiri di Tanjung
Pinggir mengganggu kesehatan masyarakat, pendidikan, dan pendapatan mereka.
Dengan pendapatan yang kurang untuk memenuhi kebutuhan kehidupan mereka
sehari-hari akan berpeluang untuk terjatuh pada kemiskinan, walaupun pada dasarnya mereka hidup di bawah garis
kemiskinan. Bila hal ini dibiarkan, maka akan dapat menimbulkan masalah sosial
yang baru lagi.
Sedangkan saran yang dapat kami berikan
antara lain ialah agar pemerintah kota lebih memperhatikan masyarakat yang ada
di sekitar TPA khususnya RT Suka Mulia terutama menyangkut kesehatan. Selain
itu pemerintah juga harus lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat RT Suka
Mulia dan penduduk yang ada di sekitarnya terutama dalam sarana umum seperti
air bersih dan Listrik yang sampai sekarang belum dinikmati oleh penduduk RT
Suka Mulia. Jika dimungkinkan pemerintah kota hendaknya menyediakan TPA yang
jauh dari pemukiman penduduk (bukan seperti yang dialami oleh penduduk RT Suka
Mulia) dengan alasan penduduk yang ada di sekitarnya tidak terjamin akan
kesehatan yang sehat. Selain itu, penduduk yang ada di sekitarnya akan sulit
untuk diajak untuk melakukan bakti sosial karena mereka lebih terfokus pada
pekerjaan mereka khususnya bagi para pemulung yang bekerja dari pagi sampai
dengan malam.
12 Lampiran Daftar
Pertanyaan
1. Sejarah berdirinya TPA?
2.
apa Mata pencaharian penduduk sebelum dan sesudah TPA
3.
Berapa Jumlah pendapatan penduduk sebelum dan sesudah TPA
4.
Apa pengaruh posistif dan negatif TPA di Tanjung Pinggir terhadapa:
-
Pendapatan
-
Kesehatan
-
Pendidikan